Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2019

Pengendalian Risiko dan Bahaya Proses

Manajemen risiko haruslah dikenali sebagai dasar penting untuk seluruh manajemen suatu organisasi perusahaan. Dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan proses produksi, menuntut suatu sistem K3 yang memadai untuk menjamin produktifitas yang tinggi. Sejalan dengan itu akan bermunculan lingkungan kerja baru berupa instalasi-instalasi modern dan canggih yang memproses bahan-bahan berbahaya. Konsekuensinya akan menimbulkan risiko dan mengancam kesehatan manusia/pekerja, kerusakan peralatan dan pencemaran lingkungan. Perusahaan semakin dituntut untuk mengoperasikan unit operasinya secara aman, tidak menganggu dan merusak lingkungan. Salah satu cara mencegah atau mengurangi agar tidak terjadi insiden yang dapat menimbulkan kerugian adalah dengan melakukan analisa bahaya proses dan risiko (identifikasi bahaya) terhadap kegiatan operasi serta mengendalikan bahaya itu melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. BAHAYA – BAHAYA OPERASI Industri yang me

Penyebab Terjadinya Vibrasi

Vibrasi atau getaran didefinisikan oleh Kamus Webster’s New World sebagai “ayunan yang terjadi secara terus menerus; berosilasi”. Sedangkan bagi para enjiner yang berkecipung di bidang industri, mendefinisakan vibrasi sebagai gerakan bolak-balik yang terdapat pada bagian sebuah mesin dari tempat awal kedudukannya, dan dapat diformulasikan sebagai berikut : Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa amplitudo getaran bervariasi sesuai dengan hasil bagi antara dynamic force dengan dynamic resistance. Vibrasi adalah respon dari sebuah sistem menuju ke beberapa stimulus external maupun internal atau gaya yang diaplikasikan ke sebuah sistem. Vibrasi memiliki tiga parameter utama yang dapat diukur yaitu amplitudo, frekuensi, dan fase . Frekuensi adalah banyaknya getaran yang teradi dalam 1 detik. Amplitudo adalah jarak titik tertinggi dari titik kesetimbangan. Fase (Panjang gelombang) adalah jarak ditempati oleh satu gelombang sempurna pada gelombang transversal. Dalam mela

Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun Dengan Sistem DOT (US-DOT)

Departemen Perhubungan Amerika Serikat (USA-DOT) menetapkan sistem klasifikasi untuk bahan kimia berbahaya yang berkaitan dengan pengangkutannya. DOT membagi bahan berbahaya atas 9 klasifikasi (class) dan selanjutnya setiap kelas (class) dibagi atau divisi-divisi yang menjelaskan jenis bahan terkait. (sumber : https://www.fmcsa.dot.gov/sites/fmcsa.dot.gov/files/docs/Nine_Classes_of_Hazardous_Materials-4-2013_508CLN.pdf )  1.        1.       Class 1 – Meledak (explosives) Bahan berbahaya kelas 1 yang tergolong mudah meledak yang dibagi atas 6 divisi sebagai berikut : ·          Divisi 1.1          Meledak yang dapat bersifat masif ·          Divisi 1.2          Meledak dengan bahaya serpihannya ·          Divisi 1.3          Meledak disertai dengan kebakaran ·          Divisi 1.4          Meledak tidak terjadi dampak serius ·          Divisi 1.5          Sensitif bahan mudah meledak ·          Divisi 1.6          Sangat sensitif dan sangat mudah meledak 2.    

Thermography pada Rotating dan Stationary Equipment

Pada Tahun 1960, termografi komersial sangat terbatas untuk operasional pabrik. Sebuah alat yang beratnya 85 pounds , diperlukan 110 volt power supply, dan didinginkan oleh nitrogen cair adalah peralatan yang terbaik untuk menghasilkan gambar termal yang berguna. Kemajuan teknologi yang signifikan maka dibuatlah dalam sistem pencitraan inframerah selama beberapa dekade terakhir dan telah membuat termografi sebagai alat pemeliharaan secara prediktif digunakan. Saat ini, beberapa kamera camcorder inframerah beratnya kurang dari 10 pounds . Kekuatan sebenarnya analisa termografi adalah bahwa hal itu memungkinkan kita untuk cepat mencari dan memonitor masalah, dan menyajikan informasi dalam rencana pengambilan keputusan penting dalam bentuk visual sehingga mudah bagi manajemen untuk memahami. Sistem pencitraan inframerah menghasilkan gambar, dari pola termal terlihat dari komponen atau proses. Pola-pola termal, ketika dipahami dapat digunakan untuk memantau kondisi operas

Bahan Mudah Terbakar dan Meledak

Industri Migas dan Petrokimia mengelola berbagai jenis bahan yang mudah terbakar dan meledak seperti minyak mentah dan turunannya termasuk industri petrokimia. Banyak terjadi kasus kebakaran atau peledakan dalam industri migas dan petrokimia yang mengakibatkan korban jiwa maupun materi. Kebakaran atau api adalah proses reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dan adanya sumber panas. Penyalaan dapat terjadi jika ada tiga unsur yang disebut segi tiga api (fire triangle) yaitu bahan bakar (fuel) , sumber panas (heat) dan oksigen dari udara (O2). Tanpa ketiga unsur tersebut suatu bahan tidak akan dapat menyala. Ada juga yang menggunakan konsep 4 faktor yang disebut fire hexagonal dengan menambah unsur ke empat yaitu reaksi berantai (chain reaction) sebagai syarat untuk keberlangsungan suatu proses kebakaran. Proses penyalaan suatu bahan bakar ditentukan oleh tiga faktor utama berikut : Titik nyala (flash point) Batas nyala (flammable range) Titik nyala sendiri (au