Beberapa tahun terakhir ini istilah Safety Leadership adalah istilah
yang sangat populer dan digandrungi oleh para praktisi K3 dan para akademisi
K3. Istilah safety leadership bahkan sekarang menjadi "menu" wajib bagi
semua insan K3 di sektor industri apapun mereka bekerja.
Meski banyak dibicarakan atau dibahas namun penulis masih banyak
menemukan berbagai kekeliruan dalam memahami istilah safety leadership.
Adalah Thomas Krause PhD dalam bukunya Leading with Safety menjelaskan
bahwa istilah safety leadership bukanlah istilah asli (originated term) tapi
istilah yang menggambarkan dua target dalam satu aktifitas (actualized term).
Menurut Thomas, dua target tersebut adalah safety (freedom from unacceptable
risk) dan leadership (art to govern and to influence). Atau dalam terjemahan
bebasnya safety leadership adalah seni (cara) untuk mengarahkan dan membimbing
agar tercapai kondisi dan perilaku yang "bebas" dari risiko yang
tidak dapat diterima (bebas dari hal-hal yang dapat membuat dan menciptakan
kerugian)
Berangkat dari definisi yang dikembangkan oleh Thomas Krause tersebut, kita akan membahas unsur-unsur apa yang harus dikembangkan agar proses
safety leadership dapat berjalan dengan "mulus" di suatu perusahaan.
Adanya banyak unsur memang dalam mengembangkan safety leadership menurut Thomas
Krause, namun dalam tulisan ini kita hanya mengambil 4 unsur saja. Kenapa kita mengambil 4 unsur saja ? Karena 4 unsur ini yang banyak diteliti oleh
para akademisi dan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa 4 unsur
tersebut adalah hal yang mendasar saat safety leadership dioperasionalisasikan
(Ordas et.al, 2017).
Keempat unsur tersebut adalah :
1. Vision
2. Integrity
3. Action Orientation
4. Feedback and Recognation
keempat unsur tersebut dibawah ini :
- Vision
Vision merupakan cita-cita atau mimpi yang harus diwujudkan. Definisi K3
yaitu Freedom from unacceptable risk harus dijadikan mimpi atau cita-cita saat
berakfitas melakukan pekerjaan.
Mewujudkan definisi tersebut dimulai dengan membangun "alam bawah
sadar" semua pihak yang terlibat dalam aktifitas pekerjaan. Membangun alam
bawah sadar yang efektif adalah dengan cara coaching dan dialog. Coaching
merupakan kegiatan untuk menanam definisi safety tersebut berupa penyampaian
hal-hal yang harus dijalankan saat berperilaku agar selaras dengan definisi
safety tersebut. Sementara dialog adalag upaya untuk "mengali"
keinginan-keinginan solutif para pihak yang terlibat dalam pekerjaan atas
hambatan yang muncul saat para pihak ini berperilaku yang aman dan selamat.
All incident/accidents are preventable harus menjadi tema sentral atau
topik pokok saat kegiatan coaching dan dialog dilakukan. Tiada waktu tanpa
coaching dan dialog wajib menjadi kebiasaan yang terus menerus. Kenapa
kebiasaan ini harus dilakukan terus menerus ? karena "alam bawah
sadar" K3 manusia akan terbentuk secara permanen kalau kognitifnya
terbentuk dan kognitif akan terbentuk melalui pembiasaan.
- Integrity
Dalam berbagai kamus bahasa Inggris, Integrity didefinisikan sebagai
berikut "the quality of being honest and having strong moral principles;
moral uprightness.". Kata kunci dari integrity bila mengacu pada definisi
di atas adalah respek (honest) dan etika (moral).
Mengantarkan definisi safety dalam aktifitas pekerjaan diperlukan respek
dan etika. Respek adalah bagaimana seseorang diperlakukan/dipimpin (Krause,
2005) dan etika adalah pemenuhan atas hak-hak (norma) pada seseorang saat
mereka diperlakukan/dipimpin (Bertens, 2008).
Mengedepankan respek berarti memperlakukan seseorang sesuai dengan
kapasitas dan kapabilitas (kompetensi). Respek adalah salah satu bentuk
psikososial hazard bila tidak dikelola dengan baik dan ini bisa menjadi
hambatan yang besar dalam upaya untuk mewujudkan definisi safety. Begitu juga
dengan etika yang pula harus dikedepankan. Pemenuhan hak (norma) akan
memotivasi seseorang untuk menjalankan kewajibannya dengan benar dan tepat
waktu. Pelanggaran atas etika akan menyebabkan munculnya ketidakpercayaan dari
orang yang diperlakukan atau dipimpin. Begitu orang yang dipimpin tidak percaya
maka saat itulah psikososial hazard yang lain akan menjadi batu sandungan bagi
terwujudnya definisi safety.
- Action Orientation
Action orientation adalah sikap yang harus dan wajib untuk dipenuhi bila
akan menjalankan langkah-langkah safety leadership. Action Orientation maksudnya adalah semua
tindakan K3 dalam aktifitas kerja harus berbasis sasaran dan target yang
diingin dicapai. Sasaran adalah apa yang akan dikerjakan (Flint, 2001) dan
target adalah apa yang ingin diraih atas apa yang dikerjakan tersebut (Cooper,
2007). Sasaran K3 banyak dikenal sebagai program K3 dan program K3 harus
berkorelasi langsung terhadap unacceptable risk apa yang wajib untuk
dieliminasi jangka pendek dan panjang. Ini artinya dokumen HIRADC harus menjadi
dokumen yang setiap hari dibaca, diukur dan dievaluasi. Konsistensi menjadikan
dokumen HIRADC menjadi dokumen acuan setiap harinya di semua aktifitas kerja
menjadi kunci sukses keberhasilan action orientation ini. Sementara target
harus diwujudkan dalam bentuk seberapa tinggi kondisi "freedom" dapat diciptakan dari
program K3 tersebut. Semakin tinggi intensitas program K3 dijalankan maka
semakin tinggi prosentase terciptanya kondisi "freedom" tersebut
- Feedback and Recognition
Safety leadership adalah salah satu cara untuk memperbaiki
kondisi-kondisi yang tidak sejalan dengan definisi safety tersebut. Karena
statusnya sebagai "cara" maka safety leadership membutuhkan umpan
balik (feedback) dan membutuhkan pengakuan (recognition). Feedback akan memompa
motivasi dan partisipasi sementara recognition akan memompa kontribusi. Tanpa
feedback dan recognition, safety leadership akan menjadi beban dalam mewujudkan
definisi safety. Bila sudah menjadi beban maka safety leadership tidak akan
pernah menjadi cara yang efektif untuk memenuhi definisi safety.
Feedback dan Recognition dapat dilakukan saat coaching atau dialog,
makin tinggi jabatan yang terlibat dalam feedback and recognition saat coaching
akan semakin berperan unsur feedback and recognition dalam mensukseskan safety
leadership.

Comments
Post a Comment